Dongkrak Pariwisata dan Ekonomi Warga, Pemkab Cilacap Tambah Desa Wisata

Kegiatan Larungan Jolen di Desa Jetis

Pemerintah Kabupaten Cilacap terus mendorong sektor pariwisata untuk tumbuh lebih pesat, salah satunya dengan mengembangkan desa wisata. Hingga saat ini, terdapat 30 desa wisata di wilayah Cilacap yang terus dibenahi agar mampu menarik lebih banyak wisatawan.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Cilacap, Paiman, mengungkapkan bahwa pada tahun 2025 jumlah desa wisata akan ditambah. Harapannya, langkah ini tidak hanya menghidupkan kembali sektor pariwisata, tetapi juga mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.

“Seluruh desa wisata saat ini masih berstatus rintisan. Meskipun ada yang sudah menunjukkan perkembangan, namun berdasarkan penilaian empat tahun lalu, statusnya tetap sebagai desa rintisan,” jelas Paiman.

Ia pun mendorong para pengelola desa wisata untuk terus melakukan pembenahan dan inovasi agar desa wisata menjadi lebih menarik dan naik kelas.

Salah satu desa yang aktif membangun potensi wisatanya adalah Desa Jetis, Kecamatan Nusawungu, khususnya di kawasan Desa Wisata Karangbanar. Tahun 2025, desa ini telah menyusun kalender acara wisata budaya yang akan berlangsung dari bulan Mei hingga Oktober.

Kepala Desa Jetis, Muharno, menjelaskan bahwa berbagai kegiatan budaya telah dirancang untuk menarik wisatawan sekaligus melestarikan kearifan lokal.

“Pada 22–23 Mei akan digelar Festival Tari Ledek dan Gunungan Merdi Bumi. Kemudian, 26–27 Mei ada Ritual Kebo Lanang dan pertunjukan wayang kulit. Di tanggal 2–3 Juli juga akan diadakan Ritual Merdi Bumi,” ujar Muharno.

Rangkaian acara akan berlanjut pada 21 Juli dengan Festival Larungan Jolen, kemudian Festival Kreasi Anak Desa pada 17 Agustus, dan ditutup dengan Festival Paruk Ubeng Pithu pada 9 Oktober.

Seluruh acara tersebut akan dipusatkan di wilayah Desa Wisata Jetis. Menurut Muharno, kegiatan tahunan ini bukan hanya bentuk pelestarian budaya, tetapi juga strategi untuk menggerakkan ekonomi masyarakat desa.

“Pariwisata benar-benar memberikan dampak positif bagi ekonomi warga. Bahkan, Desa Jetis kini sudah tidak lagi termasuk dalam kategori desa miskin ekstrem, yang sebelumnya sempat kami sandang,” kata Muharno.

Dengan semangat pelestarian budaya dan dorongan ekonomi lokal, Desa Jetis menjadi salah satu contoh nyata bagaimana desa wisata bisa menjadi motor penggerak kemajuan desa. (HEV/YUN)

Recommended For You

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *